Minggu, 03 November 2013

Tugas Tulisan 08 ( Bahasa Indonesia 2 )

Nama : Dimas ichsan
Kelas : 3EB19
NPM : 22211117




·         Meski sempat surplus, neraca perdagangan akan kembali defisit

Merdeka.com - Bank Indonesia (BI) pesimis memperkirakan peluang mempertahankan surplus neraca perdagangan seperti Agustus lalu. Pantauan bank sentral menunjukkan, besar kemungkinan data dua bulanan ekspor-impor yang memotret kondisi September akan kembali terperosok.
Penyebab utamanya justru impor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diklaim pemerintah mulai turun selepas ada penyesuaian harga jual tiga bulan lalu.
"Impor bahan bakar minyak pada September masih terlihat tinggi. Jadi, neraca perdagangan dikhawatirkan mungkin kembali defisit," ujar Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo saat bertandang di Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (30/10).
Selanjutnya, ancaman defisit neraca perdagangan itu merembet pada akun neraca transaksi berjalan yang diperkirakan akan berada di kisaran 3,3 hingga 3,5 persen, khusus triwulan III tahun ini. Setidaknya, menurut Agus, sudah ada perbaikan dibanding kondisi pada triwulan II.
"Kami lihat transaksi berjalan di kuartal ketiga ini lebih baik dibanding kuartal kedua," ungkapnya.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengklaim pertumbuhan konsumsi BBM pada triwulan III lebih rendah, dibanding periode sebelumnya. Data pemerintah menyebut peningkatan konsumsi premium dan solar lebih rendah dibanding kisaran 6-8 persen di Semester pertama tahun ini.
"Terjadi penghematan konsumsi besar BBM kita. Kenaikan harga BBM waktu itu memperbaiki fiskal kita, cara mengonsumsi BBM kita dan ada kesadaran baru penghematan itu penting," kata Hatta awal bulan lalu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor sepanjang Agustus lalu menurun 12,77 persen dibanding bulan sebelumnya dengan nilai USD 15,08 miliar. Rupanya, besaran impor turun lebih besar mencapai 25,2 persen dibanding Juli 2013, senilai USD 13 juta. Imbasnya, neraca perdagangan Agustus 2013 surplus USD 132,4 juta.

Analisis :
Hanya butuh kesadaran diri sendiri aja , “apakah anda pantas untuk menggunakan bahan bakar yang bersubsidi ? “ sedangkan saat ini impor migas kembali menjadi biang kerok meski pemerintah telah menaikkan harga jual BBM bersubsidi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar