Minggu, 22 April 2012

Tugas Softskill Semester 2


Tugas 1



1.     Jelaskan strategi pembangunan yang kemudian dipertegas dengan ditetapkannya sasaran dan titik berat setiap repelita

2.     Apa yang dimaksud dengan perencanaan pembangunan, manfaat perencanaan pembangunan dan sebutkan periode perencanaan pembangunan era orde baru



  • Strategi Pembangunan Ekonomi di Indonesia



Sebelum orde baru strategi pembangunan ekonomi di Indonesia secara teori telah diarahkan pada usaha pencapaian laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun pada kenyataannya Nampak adamya kecenderungan yang lebih menitikberatkan pada tujuan-tujuan politik, dan kurang memperhatikan pembangunan ekonomi.

Sedangkan pada awal orde baru, strategi pembangunan di Indonesia lebih diarahkan pada tindakan pembersihan dan perbaikan kondisi ekonomi yang mendasar , terutama usaha untuk menekan laju inflasi yang cukup tinggi.
Dari keterangan pemerintah yang ada , dapat sedikit disimpulkan bahwa strategi pembangunan di Indonesia tidak mengenal perbedaan strategi yang ekstrem. Sebagai contoh selain strategi pemerataan pembangunan , Indonesia tidak mengesampaingkan strategi pertumbuhan , dan stretegi berwawasan ruang. Strategi tersebut dipertegas dengan diteteapkannya sasaran dan titik berat setiap repelita yaitu :
Adapun Repelita terdiri dari :
  •         Repelita I ( 1969 -1974 ) : Tujuan yang dicapai pemerintah orde baru adalah pertumbuhan ekonomi 5% pertahun dengan sasaran cukup pangan , cukup sandang , perbaikan pra sarana yang menunjang pertanian dan akan diikut dengan adanya perluasan lapangan kerja dan peningkatan kesejaterahan masyarakat
  •      Repelita II (1974-1979 ) :  Target pertumbuhan pemerintah adalah 7,5% pertahun. Sasarannya adalah sektor pertanian yang merupaakan dasar untuk memenuhi kebuutuhan pangan dan merupakan dasar tumbuhnya industry yang mengolah bahan mentah menjadi baku.
  •     Repelita III (1979-1984) :  Sasaran utama tetap dititik beratkan pada sektor pertanian menuju swasebada pangan. Serta peningkatan industri yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi.
  •     Repelita IV (1984-1989) : Merupakan peningkatan dari repelita III peningkatan usaha-usaha untuk memperbaiki kesejahterahaan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Prioritasnya  untuk melanjutkan usaha swasembada pangan dan meningkatkan induustri yang dapat menghasilkan masing-masing industri sendiri.
  •   Repelita V (1989-1994) : Menitik beratkan pada bidang transportasi , komunikasi serta pendidikan. Adapun meningkatkan prasarana dan mengurangi jumlah buta huruf di Indonesia.
Apa yang dimaksud dengan perencanaan pembangunan , manfaat perencanaan pembangunan dan sebutkan perencanaan pembangunan era orde baru
   1.     Perencanaan pembangunan adalah  suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat , melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia
   2.     Maanfaat Perencanaan Pembangunan

  1.  Standar pelaksanaan dan pengawasan
  2. Pemilihan sebagai alternative terbaik
  3. Penyusunan skala prioritas baik sasaran maupun kegiataan
  4. Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait
  5. Alat meminimalkan pekerjaan tida pasti.

 Periode perencanaan pembangunan era orde baru



SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PADA ZAMAN ORDE BARU



   1. Perencanaan Pembangunan di Indonesia

Perencanaan pembangunan di Indonesia secara sungguh-sungguh dimulai sejak era Orde Baru, karena pada masa sebelumnya teknik perencanaan belum berkembang dengan baik. Perencanaan pembangunan yang ada dipimpin oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), yang menjadi think tank dari konsep perencanaan pembangunan nasional Indonesia. Bappenas di dalam prakteknya mempergunakan berbagai model untuk membuat rancangannya menjadi lebih sempurna daripada hanya menggunakan satu model tunggal.
Dalam perkembangannya, untuk memahami perencanaan pembangunan di Indonesia lebih fokus dapat dilakukan pada perencanaan jangka pendek, atau secara spesifik pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
APBN mempunyai tiga fungsi pokok, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi, dan fungsi stabilisasi (Kunarjo, 2000, 138). Fungsi alokasi dimaksudkan untuk penyediaan dana yang dibutuhkan oleh masyarakat akan sarana dan prasarana yang tidak mungkin disediakan oleh swasta atau saling melengkapi antara Pemerintah dan swasta. Fungsi distribusi adalah anggaran yang menyangkut kebijaksanaan pemerintah dalam masalah pemerataan pendapatan antar warga negara agar kesenjangan dalam penerimaan pendapatan dapat dikurangi. Fungsi stavilisasi adalah anggaran yang menyangkut masalah terpeliharanya tingkat kesempatan kerja yang tinggi, kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi yang cukup memadai (Musgrave & Musgrave, 1989, 5-18).
Di Indonesia era Orde Baru sistem anggaran yang dipakai adalah sistem anggaran berimbang di mana diusahakan agar penerimaan dan pengeluaran seimbang. Pada prakteknya keseimbangan tersebut sebenarnya bersifat “simbolik”, karena pada dasarnya yang terjadi adalah anggaran defisit di mana defisit ini ditutup melalui pinjaman luar negeri. Kebijakan ini tidak dirubah dalam pemerintahan reformasi Presiden Wahid. Sementara itu, pola penyajian di masa sebelum ini adalah pola “T”, atau yang identik dengan neraca, sementara pola terbaru mempergunakan pola “I” atau menjadikan sisi penerimaan (yang sebelumnya ada di sisi kiri) dan sisi pengeluaran (yang biasanya di sisi kanan) berada dalam satu lajur yang sama.
Persamaannya, kedua anggaran tersebut isinya relatif sama. Di sisi penerimaan adalah penerimaan dalam negeri yang terdiri dari penerimaan pajak dan bukan pajak (termasuk pendapatan dari minyak dan gas bumi), serta pinjaman dari luar negeri (termasuk hibah). Di sisi pengeluaran dibagi secara klasikal menjadi dua kelompok: anggaran rutin dan anggaran pembangunan, ditambah pembayaran/cicilian utang.
Pada dasarnya prinsip penyusunan anggaran ini sudah baik dan memiliki pola baku yang standar. Namun, bukan berarti pola ini tertutup untuk penyempurnaan, karena di dalamnya terdapat satu bias dalam pemahaman pembangunan. Bahwa ada perbedaan antara “rutin” dan “pembangunan”, padahal keduanya dapat disamakan, bahkan dapat dikatakan berhimpitan. Misalnya “belanja barang” akan mendorong investasi di industri yang menyuplai kebutuhan belanja barang tersebut. Kedua, anggaran tersebut memadai untuk kondisi keuangan pemerintahan yang kuat, dukungan pemberi pinjaman luar negeri yang baik, dan pemerintahan yang terpusat.
Saat ini Indonesia berada dalam kondisi yang mempertanyakan seluruh asumsi dasar yang menjadi pondasi dari penyusunan anggaran tersebut. Kondisi obyektif ini mendorong kita untuk mencoba merumuskan kembali model perencanaan pembangunan dalam bentuk anggaran yang lebih memadai.
   


   2. PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Instrumen dokumen perencanaan pembangunan nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia sebagai acuan utama dalam memformat dan menata sebuah bangsa, mengalami dinamika sesuai dengan perkembangan dan perubahan zaman.
Dokumen perencanaan periode 1968-1998
Landasan bagi perencanaan pembangunan nasional periode 1968-1998 adalah ketetapan MPR dalam bentuk GBHN. GBHN menjadi landasan hukum perencanaan pembangunan bagi presiden untuk menjabarkannya dalam bentuk Rencana Pembangunan Lima Tahunan (Repelita), proses penyusunannya sangat sentralistik dan bersifat Top-Down, adapun lembaga pembuat perencanaan sangat didominasi oleh pemerintah pusat dan bersifat ekslusif. Pemerintah Daerah dan masyarakat sebagai subjek utama out-put perencanaan kurang dilibatkan secara aktif. Perencanaan dibuat secara seragam, daerah harus mengacu kepada perencanaan yang dibuat oleh pemerintah pusat walaupun banyak kebijakan tersebut tidak bisa dilaksanakan di daerah. Akibatnya mematikan inovasi dan kreatifitas daerah dalam memajukan dan mensejahterakan masyarakatnya. Distribusi anggaran negara ibarat piramida terbalik, sedangkan komposisi masyarakat sebagai penikmat anggaran adalah piramida seutuhnya. Sebenarnya pola perencanaan melalui pendekatan sentralistik/top-down diawal membangun sebuah bangsa adalah sesuatu hal yang sangat baik, namun pola sentralistik tersebut terlambat untuk direposisi walaupun semangat perubahan dan otonomi daerah telah ada jauh sebelum dinamika reformasi terjadi.



Pembangunan Nasional pada masa ORDE BARU berpedoman pada TRILOGI PEMBANGUNAN dan DELAPAN JALUR PEMERATAAN. Trilogy Pembangunan terdiri dari :

  • Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
  • Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
  • Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.




Kelompok 4 :

Dimas Ichsan W    ( 22211117)
Alif Rahman S.      ( 20211605)
Rendy Indra          ( 28211367)
Masa Bangun        ( 24211341)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar